Senin, 28 November 2011

Peranggaran Perusahaan

Peranggaran

1. Pengertian Anggaran

Anggaran merupakan suatu perencanaan yang terinci dalam bentuk kuantitatif yang menunjukkan bagaimana sumber daya yang diperoleh dan digunakan dalam suatu periode tertentu.

Anggaran Perusahaan merupakan kegiatan dalam menghasilkananggaran serta proses kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi budget seperti fungsi pedoman kerja, alat pengkoordinasian kerja dan alat pengawasan kerja.

2. Jenis-jenis Anggaran

> Berdasarkan ruang lingkup dan investasinya yang terdiri dari :

- Anggaran Parsial

- Anggaran Konprehensif / menyeluruh

> Berdasarkan fleksibilitasnya yaitu yang terdiri dari :

- Anggaran tetap (untuk periode/volume tertentu)

- Anggaran Kontinyu / berdasarkan volume yang akan di produksi pada masa yang kan datang

> Berdasarkan periode waktu yang terdiri dari :

- Anggaran jangka pendek

- Anggaran jangka panjang

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi anggaran perusahaan

a. Faktor pemasar

b. Faktor keuangan

c. Faktor Ekonomis

d. Faktor teknis

e. Faktor lainnya

4. Pengertian Anggaran Penjualan

Anggaran penjualan merupakan anggaran pertama yang dibuat oleh perusahaan, pada umumnya menggambarkan penghasilan yang akan diterima karena adanya penjualan.

ü Metode Penjualan

1. Metode Free Trend Moment

2. Metode Trend Moment

Rumus :

Sy = n.a + b.x

Sxy = a. Sx + b. Sx

Y = a+ b(x)

5. Forecast penjualan (Peramalan Penjualan)

Peramalan penjualan adalah perkiraan pada suatu waktu yang akan datang dalam keadaan tertentu dan dibuat berdasarkan data-data yang pernah terjadi atau mungkin akan terjadi.

Teknik umum forecasting untuk mengelompokkan peramalan penjualan, yaitu : peramalan penjualan secara kualitatif / berdasarkan pendapat ; peramalan penjualan berdasarkan metode kuantitatif atau statistik dan matematik ; Analisis Trend ; peramalan dengan metode-metode khusus.

ü Metode peramalan berdasarkan analisis / perhitungan statistik :

1. Analisis Trend

- Trend bebas

- Trend setengah rata-rata

- Trend matematis

2. Analisis Growth

3. Analisis regresi

4. Analisis dengan teknik-teknik khusus

6. Anggaran Produksi

Anggaran produksi adalah skedul terinci yang mengidentifikasi produk atau jasa yang harus dihasilkan / disediakan untuk meraih penjualan yang dianggarakan dan kebutuhan persediaan.

Tujuan penyusunan anggaran produksi adalah untuk mencapai tingkat keuntungan tertentu ; untuk menguasai pasar ; supaya pabrik bekerja pada tingkat efisien tertentu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi anggaran produksi :

a. Anggaran penjualan

b. Kapasitas pabrik dan peralatan pabrik yang tersedia termasuk teknologi yang digunakan

c. Tenaga buruh termasuk rekrutment, pelatihan, penempatan, pengupahan, dan pemutusan hubungan kerja

d. Bahan baku termasuk teknik transportasi dan perdagangan

e. Modal kerja untuk menjalankan proses produksi

Selasa, 08 November 2011

Etika Bisnis

Etika Bisnis


Etika adalah ilmu tentang moral ( filsafat moral), yang membahas arti dan tujuan dari norma, kriteria mendasar bagi moral yang evaluasi, dan bahkan soliditas dan sumber moralitas. Etika terutama milik filsafat yang mempelajari perilaku manusia yang diterima di bawah aspek moral tertentu Ini adalah ilmu normatif, standar untuk menentukan sifat spesifik dari etika dan dengan demikian membedakannya dari ilmu-ilmu lainnya.

Etika individual ini adalah etika yang berkaitan dengan kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri, misalnya: memelihara kesehatan dan kesucian lahiriah dan batiniah , memelihara kerapian diri, kamar, tempat tingggal, dan lainnya, berlaku tenang, meningkatkan ilmu pengetahuan, membina kedisiplinan , dan lainnya.

Apabila moral merupakan sesuatu yang mendorong orang untuk melakukan kebaikan etika bertindak sebagai rambu-rambu (sign) yang merupakan kesepakatan secara rela dari semua anggota suatu kelompok. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika (patokan/rambu-rambu) yang menjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan serasi.

Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat akan dapat membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan yang terpuji (good conduct) yang harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan. Etika di dalam bisnis sudah tentu harus disepakati oleh orang-orang yang berada dalam kelompok bisnis serta kelompok yang terkait lainnya. Mengapa ?

Dunia bisnis, yang tidak ada menyangkut hubungan antara pengusaha dengan pengusaha, tetapi mempunyai kaitan secara nasional bahkan internasional. Tentu dalam hal ini, untuk mewujudkan etika dalam berbisnis perlu pembicaraan yang transparan antara semua pihak, baik pengusaha, pemerintah, masyarakat maupun bangsa lain agar jangan hanya satu pihak saja yang menjalankan etika sementara pihak lain berpijak kepada apa yang mereka inginkan. Artinya kalau ada pihak terkait yang tidak mengetahui dan menyetujui adanya etika moral dan etika, jelas apa yang disepakati oleh kalangan bisnis tadi tidak akan pernah bisa diwujudkan. Jadi, jelas untuk menghasilkan suatu etika didalam berbisnis yang menjamin adanya kepedulian antara satu pihak dan pihak lain tidak perlu pembicaraan yang bersifat global yang mengarah kepada suatu aturan yang tidak merugikan siapapun dalam perekonomian.

Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain ialah : pengendalian diri, pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility), mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi, menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan", menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi), mampu menyatakan yang benar itu benar, menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha kebawah, konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama, menumbuh kembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati, perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif yang berupa peraturan perundang-undangan.

Dalam dunia etika, teleologi bisa diartikan sebagai pertimbangan moral akan baik buruknya suatu tindakan dilakukan. Perbedaan besar nampak antara teleologi dengan deontologi. Secara sederhana, hal ini dapat kita lihat dari perbedaan prinsip keduanya. Dalam deontologi, kita akan melihat sebuah prinsip benar dan salah. Namun, dalam teleologi bukan itu yang menjadi dasar, melainkan baik dan jahat. Ketika hukum memegang peranan penting dalam deontologi, bukan berarti teleologi mengacuhkannya. Teleologi mengerti benar mana yang benar, dan mana yang salah, tetapi itu bukan ukuran yang terakhir. Yang lebih penting adalah tujuan dan akibat. Betapapun salahnya sebuah tindakan menurut hukum, tetapi jika itu bertujuan dan berakibat baik, maka tindakan itu dinilai baik. Ajaran teleologis dapat menimbulkan bahaya menghalalkan segala cara. Dengan demikian tujuan yang baik harus diikuti dengan tindakan yang benar menurut hukum. Hal ini membuktikan cara pandang teleologis tidak selamanya terpisah dari deontologis. Perbincangan "baik" dan "jahat" harus diimbangi dengan "benar" dan "salah". Lebih mendalam lagi, ajaran teleologis ini dapat menciptakan hedonisme, ketika "yang baik" itu dipersempit menjadi "yang baik bagi saya".

Jumat, 19 Agustus 2011

bunga yang sangat cantik sekali,,,,


Rabu, 04 Mei 2011

Bahasa Indonesia 2

RESENSI

Pengertian ResensiKata "Resensi" berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata kerja "revidere" atau "recensere" yang memilik arti melihat kembali, menimbang atau menilai. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah review, sedangkan dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah recensie. Tiga istilah tersebut mengacu pada hal yang sama, yakni mengulas sebuah buku. Menurut "Kamus Istilah Sastra" yang ditulis oleh Panuti Sudjiman (1984), Resensi adalah hasil pembahasan dan penilaian yang pendek.

Resensi adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya, baik itu buku, novel, majalah, komik, film, kaset, CD, VCD, maupun DVD. Tujuan resensi adalah menyampaikan kepada para pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya itu patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak. Yang akan kita bahas pada buku ini adalah resensi buku. Resensi buku adalah ulasan sebuah buku yang di dalamnya terdapat data-data buku, sinopsis buku, bahasan buku, atau kritikan terhadap buku.

Adayang berpendapat bahwa minimal ada tiga jenis resensi buku.

1. Informatif, maksudnya, isi dari resensi hanya secara singkat dan umum dalam menyampaikan keseluruhan isi buku.
2. Deskriptif, maksudnya, ulasan bersifat detail pada tiap bagian/bab.
3. Kritis, maksudnya, resensi berbentuk ulasan detail dengan metodologi ilmu pengetahuan tertentu. Isi dari resensi biasanya kritis dan objektif dalam menilai isi buku.

Namun, ketiga jenis resensi di atas tidak baku. Bisa jadi resensi jenis informatif namun memuat analisa deskripsi dan kritis. Alhasil, ketiganya bisa diterapkan bersamaan.

Dijelaskan lagi oleh Slamet Soewandi dalam buku "Dasar-Dasar Meresensi Buku" bahwa tujuan meresensi -selain identitas buku- adalah sebagai berikut:

1. Memberikan pemahaman tentang apa yang tampak dan terungkap pada buku.
2. Mengajak pembaca untuk memikirkan fenomena dalam buku.
3. Memberi pertimbangan kepada pembaca apakah sebuah buku pantas atau tidak mendapat sambutan dari masyarakat.
4. Setelah membaca resensi, calon pembaca berminat mencocokkan dengan bukunya.
5. Bisa dijadikan sumber informasi bagi orang yang tidak banyak punya waktu untuk membaca bukunya.

Ada tiga pola tulisan resensi buku, yaitu meringkas, menjabarkan, dan mengulas.

1. Meringkas (membuat sinopsis) mempunyai arti menyajikan semua persoalan buku secara padat dan jelas. Bila sebuah buku menyajikan banyak banyak persoalan dan alternatif pemecahannya, untuk itu perlu dipilih sejumlah masalah yang dianggap penting dan ditulis dalam suatu uraian yang benar.

2. Menjabarkan mengandung arti mendiskripsikan hal-hal menonjol dalam buku. Konteks ini menyakinkan kita tentang materi resensi bisa dikaitakn situasi yang sesuai di masyarakat. Lewat membaca buku, masyarakat (pembaca) diharapkan bisa mengatasi persoalan yang dihadapi. Terakhir,

3. Mengulas buku berarti peresensi memberi penafsiran atau memasukkan pendapatnya dalam tulisan itu. Peresensi memberi masukan kepada penulis baik mengenai kelebihan atau kelemahan buku tersebut. Juga peresensi memberi masukan kepada penerbit, dan mengoreksi kepada pencetak tentang kualitas buku yang diedarkan ke pasaran. Urutan pola tersebut dapat dipertukarkan yang artinya peresensi bisa langsung mengulas, menjabarkan, dan meringkas.Yang utama adalah peresensi bisa mempertimbangkan intinya agar pembaca enak memahaminya, tentu dengan bahasa komunikatif, dan satu hal penting lainnya tentulah isi buku tersebut harus dipahami terlebih dahulu.
Meresensi bisa dilakukan oleh siapa saja asalkan terus mencoba dan tidak mengenal putus asa.

Sistematika Resensi

Sistematika resensi atau bagian-bagian resensi dikenal juga dengan istilah unsur resensi. Unsur yang membangun sebuah resensi menurut Samad (1997 : 7-8) adalah sebagai berikut: (1) judul resensi; (2) data buku; (3) pembukaan; (4) tubuh resensi; dan (5) penutup. Penjelasan tentang bagian-bagian tersebut penulis kemukakan berikut ini.

a) Judul Resensi

Judul resensi harus menggambarkan isi resensi. Penulisan judul resensi harus jelas, singkat, dan tidak menimbulkan kesalahan penafsiran. Judul resensi juga harus menarik sehingga menimbulkan minat membaca bagi calon pembaca. Sebab awal keinginan membaca seseorang didahului dengan melihat judul tulisan. Jika judulnya menarik maka orang akan membaca tulisannya. Sebaliknya, jika judul tidak menarik maka tidak akan dibaca. Namun perlu diingat bahwa judul yang menarik pun harus sesuai dengan isinya. Artinya, jangan sampai hanya menulis judulnya saja yang menarik, sedangkan isi tulisannya tidak sesuai, maka tentu saja hal ini akan mengecewakan pembaca.

b) Data Buku

Secara umum ada dua cara penulisan data buku yang biasa ditemukan dalam penulisan resensi di media cetak antara lain:

a. Judul buku, pengarang (editor, penyunting, penerjemah, atau kata pengantar), penerbit, tahun terbit, tebal buku, dan harga buku.

b. Pengarang (editor, penyunting, penerjemah, atau kata pengantar, penerbit, tahun terbit, tebal buku, dan harga buku.

c) Pendahuluan

Bagian pendahuluan dapat dimulai dengan memaparkan tentang pengarang buku, seperti namanya, atau prestasinya. Ada juga resensi novel yang pada bagian pendahuluan ini memperkenalkan secara garis besar apa isi buku novel tersebut. Dapat pula diberikan berupa sinopsis novel tersebut.

d) Tubuh Resensi

Pada bagian tubuh resensi ini penulis resensi (peresensi) boleh mengawali dengan sinopsis novel. Biasanya yang dikemukakan pokok isi novel secara ringkas. Tujuan penulisan sinopsis pada bagian ini adalah untuk memberi gambaran secara global tentang apa yang ingin disampaikan dalam tubuh resensi. Jika sinopsisnya telah diperkenalkan peresensi selanjutnya mengemukakan kelebihan dan kekurangan isi novel tersebut ditinjau dari berbagai sudut pandang—tergantung kepada kepekaan peresensi.

e) Penutup

Bagian akhir resensi biasanya diakhiri dengan sasaran yang dituju oleh buku itu. Kemudian diberikan penjelasan juga apakah memang buku itu cocok dibaca oleh sasaran yang ingin dituju oleh pengarang atau tidak. Berikan pula alasan-alasan yang logis.

CONTOH RESENSI :

Judul : Hati Sinden

Penulis : Dwi Rahayuningnsih

Penerbit : DIVA Press

Terbit : I, Januri 2011

Tebal : 404 halaman

Harga : Rp. 50.000

Perempuan Jawa adalah wajah ketertindasan. Ia tidak memiliki posisi yang sejajar dengan laki-laki. Sebaliknya, ia menjadi korban dominasi laki-laki. Di sini ada persekongkolan kultural kekuasaan yang menguatkan posisi dan peran tradisional perempuan.

Itulah yang dihadirkan oleh Dwi Rahayuningnsih lewat novel ini. Ia menghadirkan sosok perempuan Jawa dengan problem-problem budaya yang mengungkung. Namun, demi harmoni, mereka lebih memilih untuk “berdamai” dengannya.

Sayem, tokoh sentral dalam Hati Sinden, adalah simbolisasi perempuan Jawa tersebut. Ia berasal dari keluarga miskin. Dua kali ia diceraikan oleh suaminya. Pada perceraian ke dua, alasan yang digunakan ialah Sayem tidak dapat memberikan keturunan.

Perceraian itu ternyata tidak menghancurkan mentalnya. Meskipun dukanya mendalam, Sayem berusaha untuk bangkit. Ia tidak mau tenggelam dalam kesedihan. Ia terus mencoba untuk kembali menata hidupnya.

Ketertarikan Sayem kepada syair-syair Jawa klasik mendorongnya untuk menjadi sinden. Namun bukan uang ataupun popularitas yang dicarinya, melainkan ketenangan yang merasuk ke dalam hati saat ia melantunkan syair-syair Jawa yang penuh makna.

Sayem kemudian bergabung dengan sebuah grup karawitan. Di sini pun ia berhadapan dengan berbagai masalah, mulai dari perseteruan dengan sinden lain, hingga keinginan Priyo, pemimpin grup karawitan tempat ia bergabung, untuk menikahinya.

Hubungan Sayem dengan Priyo mengantarkan Sayem kepada pernikahannya yang ke tiga. Tetapi badai lagi-lagi melanda. Priyo tidak hanya ketahuan sebagai pria yang telah memiliki istri, namun juga terbongkar sebagai lelaki yang tergila-gila kepada perempuan lain.

Sayem akhirnya pasrah. Ia tidak bercerai dengan Priyo namun memutuskan untuk hidup berpisah dengan suaminya itu. Tanpa banyak bantuan dari Priyo, Sayem berusaha untuk membesarkan anak-anaknya.

Di titik inilah tampak Sayem tampil sebagai perempuan Jawa yang memiliki kekuatan. Meskipun ia berada dalam posisi yang terkalahkan, namun ia tidak melakukan pemberontakan dengan melawan kekuasaan. Sebaliknya, Sayem mencoba “bermain” dalam lingkar kekuasaan Priyo sehingga berhasil mengantarkan anak-anaknya ke dalam kehidupan yang lebih baik.

Lewat peran-peran dan nilai-nilai tradisional, Sayem berhasil menjadi pribadi yang kuat dan mengalahkan realitas dalam wilayah subordinasi yang mengepungnya. Seperti yang diungkapkan oleh Sayem sendiri bahwa hidup adalah kewajiban yang harus dilaksanakan sesuai dengan peran yang dijalankan (hal. 388).

Novel ini seperti mengingatkan bahwa perempuan Jawa yang secara stereotip berada di bawah bayang-bayang kuasa dunia matriarki, memiliki potensi untuk menggeser hegemoni. Ia seakan mendekonstruksi struktur tanpa harus merevolusi konsepsi budaya yang telah mapan.

Kritik terhadap novel ini ialah, hingga separuh buku masih belum tampak dunia sinden seperti yang “dijanjikan” lewat judul. Jika saja Sayem dan dunia kesindenannya dikisahkan lebih awal, maka akan semakin banyak seluk-beluk dunia sinden yang menarik yang dapat disampaikan.***

Sumber : http://jajawilsa.blogspot.com

http://blog-indonesia.com

http://barnas.wordpress.com

http://ulas-buku.blogspot.com


Bahasa Indonesia 2

I. ABSTRAK
1.1 pengertian abstrak
Abstrak adalah suatu bentuk penyajian singkat sebuah laporan atau dokumen yang ditulis secara teknis, teliti, tanpa kritik atau penafsiran penulisan abstrak , atau
Abstrak adalah peryataan singkat, tetapi akurat dari isi dokumen tanpa menambah tafsiran atau kritik dan tanpa membedakan untuk siapa abstrak itu dibuat.

1.2 Karakteristik abstrak
- Singkat : tidak memuat latar belakang, tidak memuat contoh, tidak memuat penjelasan alat, cara kerja, dan proses yang sudah lazim/dikenal, tidak lebih dari 250 kata, hanya memuat (1) metode kerja dari pengumpulan data sampai penyimpulan, dan (2) data yang sudah diolah.
- Berketelitian tinggi : (1) menggunakan sumber dokumen asli secara cermat, mudah dipahami dan (2) menggunakan kata atau istilah yang sama dengan dokumen aslinya.
- Bentuk tulisan : (1) informatif kualitatif atau kuantitatif bergantung pada naskah asli, dan (2) deskriptif, analisis, induktif, atau deduktif bergantung pada naskah asli.
- Struktur : (a) Judul laporan/dokumen asli (b) nama asli penulis laporan (c) tujuan dan masalah (d) cara kerja, proses, atau metode kerja (e) hasil kerja dan validitas hasil (f) kesimpulan, dan (g) inisial penulis abstrak.

1.3 Jenis Abstrak
1. Abstrak Indikatif yaitu abstrak yang menguraikan secara singkat masalah yang terkandung dalam dokumen lengkapnya.
Tujuan : Agar lebih cepat tahu isinya dan pembaca dapat mempertimbangkan apakah tulisan asli perlu dibaca atau tidak.
Contoh :

STUDI PENDALAMAN MENGENAI METODE INABAH DALAM UPAYA PENYEMBUHAN PENDERITA KETAGIHAN ZAT ADIKTIF MELALUI PROSES DIDIK, MENURUT PONDOK PESANTREN

SURALAYA : LAPORAN PENELITIAN, EMO KASTAMA

Jakarta : Lembaga Penelitian IKIP Jakarta, 1992, 60 hal

Telah diteliti penggunaan metode inabah dalam upaya menyembuhkan korban narkotika dan zat adiktif lainnya melalui proses didik berdasarkan pendekatan agama islam menurut Pondok Pesantren Suralaya. Penyembuhan dilakukan secara ilmiah, mengutamakan mandi, sholat, dan dzikir. Hasil penyembuhan mencapai 83,91%. Penelitian menyimpulkan bahwa metode inabah dapat dijadikan alternative penyembuhan korban penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif lainnya (EK).


Ket:
1. Tujuan : menjelaskan jangkauan laporan, mengapa laporan tersebut ditulis.
2. Metode penelitian : menguraikan secara ringkas cara kerja mencapai tujuan, menjelaskan metode yang digunakan, cara memperoleh data, dan menganalisis data/

2. Abstrak Informatif : yaitu miniatur laporan asli atau dokumen dengan menampilkan selengkap mungkin data laporan sehingga pembaca tidak perlu lagi membaca naskah aslinya.